JAKARTA, iNews.id - Ada sejumlah hewan punah yang pernah dicoba untuk dihidupkan kembali. Selama ribuan tahun, beberapa spesies makhluk hidup, termasuk beberapa jenis hewan telah punah.
Punahnya hewan-hewan tertentu merupakan kehilangan yang besar bagi keanekaragaman hayati planet ini.
Namun, dengan kemajuan teknologi dan upaya konservasi yang gigih, ada beberapa kasus di mana manusia telah mencoba menghidupkan kembali hewan-hewan yang telah punah.
8 Hewan Punah Ini Pernah Dicoba Dihidupkan Kembali
1. Burung Dodo
Dodo merupakan seekor burung asli dari Mauritius di Samudera Hindia, sebuah pulau di Timur Madagaskar yang tidak dapat terban. Dodo punah di abad ke 17 dan memiliki relasi terdekat dengan dara dan merpati.
Selain teropresi oleh manusia, dodo juga terkena penyakit yang ditularkan babi dan tikus. Telur dodo juga tak luput dikonsumsi oleh predator.
Banyak hal yang dilakukan untuk melakukan de-extinction kepada dodo. Proyek kloning dodo dinilai bisa sukses kalau DNA-nya cukup, namun masalahnya, pencarian DNA untuk replikasi sangat terhambat. Terlebih lagi kerangka dodo secara lengkap tak pernah ada.
2. Gajah Mammoth
Mammoth ini punah di zaman es terakhir ribuan tahun lalu. Awalnya diperkirakan punah oleh perburuan, tapi secara lebih akurat diperkirakan binatang ini punah karena pemanasan global yang menyebabkan kepunahan periode kuarter.
Kerabat mammoth paling dekat adalah Gajah Asia yang tersebar di Sumatera, Thailand, India serta Nepal. Gajah Asia yang sebenarnya juga statusnya terancam, adalah kunci untuk bangkitnya mammoth.
Para arkeolog banyak menemukan fosil-fosil mammoth di Arktik, dan para ilmuwan sangat tertarik untuk membuat hibrida gajah mammoth.
Para ilmuwan gencar untuk melakukan restrukturisasi genom dengan menggabungkan DNA gajah Asia dengan DNA mammoth, hal ini diharapkan dapat menumbuhkan bayi hibrida dalam rahim gajah buatan.
3. Saber-Toothed Cats
Harimau ini hidup sekitar 11.000 tahun yang lalu, dan punah terkena dampak pemanasan global.
Ilmuwan sendiri sangat tertarik untuk menghidupkan kembali binatang-binatang dari zaman es seperti ini, dan harimau ini jadi pilihan utama. Para ilmuwan akan mengambil sampel DNA untuk kloning dari The La Brea Tar Pits di Los Angeles yang menyimpan fosil dari makhluk ini.
4. Badak Berbulu
Woolly Rhinoceros atau badak berbulu ini dapat ditemukan di Eropa dan Asia. Bentuknya yang besar dengan kaki yang kekar dan berkulit tebal membuat badak berbulu ini cocok hidup di lingkungan tunda dingin selama zaman es.
Badak berbulu punah di periode kuarter karena pemanasan global. Relasi dari badak berbulu yang paling dekat adalah Badak Sumatera.
Badak Berbulu berkeliaran di dinginnya salju Arktik pada 10 juta tahun yang lalu. Sementara spesimennya sering terpapar di permafrost (tanah di titik beku suhu 0 derajat celcius) Arktik, sehingga bisa diawetkan dengan baik.
5. Harimau Tasmania/ Thylacine
Thylacine lebih dikenal sebagai Harimau Australia meski sebenarnya ia adalah marsupial karnivora terbesar. Sekitar tahun 1930-an, mereka punah.
Binatang ini memang mirip serigala dan harimau, tapi memiliki kantung seperti wombat dan marsupial lain. Para ilmuwan Australia sangat gencar untuk membuat kloning dari binatang yang telah 80 tahun punah ini.
Para ilmuwan telah mengembangkan replikasi DNA dari Thylacine yang memang sudah ada sejak lama, dan jika berhasil akan menginjeksikan sel telur ke Tasmanian Devil.
6. Pyrenean Ibex
Secara teknis, proses kloning sudah berhasil dilakukan. Walau hanya bertahan 7 menitan, Pyrenean Ibex tampil sebagai hewan punah pertama yang “dihidupkan” kembali. Janin kloningan yang mengandung DNA-nya bisa “ditanam” dalam rahim kambing domestik.
DNA tersebut berasal dari Celia, namun janin tersebut mengalami masalah paru-paru sehingga tak bertahan lama. Namun terobosan ini juga tetap membuka harapan besar.
7. Lumba Lumba Sungai Baiji
Lumba-lumba sungai Baiji merupakan spesies lumba-lumba yang hidup di Sungai Yangtze di Tiongkok, hingga kepunahannya di 2002. Ia merupakan megafauna atau mamalia besar pertama yang punah dalam beberapa dekade terakhir.
Menurut Mother Nature Network, para ilmuwan tertarik untuk melakukan de-extinction karena kepunahannya masih tergolong baru.
Sehingga kemungkinan besar DNA dari lumba-lumba ini masih cukup mudah untuk direplikasi.
Editor : Komaruddin Bagja