Sementara itu, wilayah seperti Jawa bagian Timur, Bali, NTB, dan NTT diperkirakan akan mengalami puncak musim hujan sedikit lebih lambat, yaitu pada Januari hingga Februari 2026.
"Papua bagian Utara dan Sulawesi bagian Utara menunjukkan pola hujan yang relatif merata sepanjang tahun," ujarnya.
Dwikorita mengimbau masyarakat untuk bersiap menghadapi curah hujan tinggi yang bisa memicu bencana seperti banjir dan tanah longsor.
"Ini perlu benar-benar diwaspadai bahkan disiagakan, tidak hanya waspada, tapi fase siaga karena potensi meningkatnya curah hujan tinggi atau ekstrem dan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor semakin meningkat potensinya," katanya.
Selain itu, dia menjelaskan bahwa kondisi ini diperparah oleh angin Monsun Asia dan suhu laut yang lebih hangat dari biasanya.
"Atau angin yang bergerak dari Asia yang membawa massa udara lembap dari wilayah Samudera menuju daratan Indonesia, serta anomali suhu muka laut positif atau hangat di perairan Indonesia yang berkisar antara positif setengah hingga 3 derajat celsius," ucapnya.
Langkah antisipasi sejak dini dinilai sangat penting agar masyarakat lebih siap menghadapi potensi bencana di musim hujan mendatang.
Editor : Kurnia Illahi
Artikel Terkait