Jejak Sejarah Masuknya Islam di Kotawaringin Timur, Kuburan Tua hingga Wayang Banjar
JAKARTA, iNews.id - Sejarah masuknya Islam di Kotawaringin Timur (Kotim) tak lepas dari pengaruh kuat Kerajaan Banjarmasin. Terdapat bukti yang menunjukkan jauh sebelum abad ke-19, Islam sudah mulai dianut oleh masyarakat di wilayah tersebut.
Penyebaran Islam di Kotim merupakan proses panjang yang dipengaruhi oleh Kerajaan Banjarmasin, dibuktikan dengan berbagai peninggalan sejarah dan tradisi budaya. Meskipun sempat menemui tantangan, Islam terus berkembang dan menjadi agama mayoritas di wilayah ini.
Bukti Arkeologi dan Tradisi Lisan
Kuburan tua di Mentaya Seberang menjadi salah satu bukti keberadaan Islam di wilayah tersebut. Terdapat tiga kuburan dengan batu nisan berciri khas Islam, salah satunya kuburan Datuk Nabe/Ngabei (Jaya Kusuma), pendatang dari tanah Jawa.

Di Sungai Lenggana, terdapat pula batu nisan H. Abdurrahman bin H. Abdulah Bugis (wafat 1691 M) dan Syech Basiri bin Sayidullah (wafat 1500 M). Kuburan tua lain ditemukan di Kota Besi dan Ketapang.
Bukti lainnya, yaitu tradisi lisan dalam cerita rakyat menyebutkan bahwa Seranau (sekarang Mentaya Seberang) dulunya merupakan tempat permakaman bagi masyarakat Kotim, khususnya Sampit.
Pengaruh Kerajaan Banjarmasin
Traktat Karang Intan, 1 Januari 1817 menjadi salah satu bukti lainnya Kerajaan Sungai Sampit yang merupakan wilayah Kotim, menjadi vasal Kerajaan Banjarmasin.
Bukti pengaruh Islam lainnya, penyebaran Islam oleh Sultan Suriansyah (1580-1620) memerintahkan rakyatnya untuk memeluk Islam dan ingin menyebarkan ke seluruh Kalimantan Tengah, termasuk Kotim.
Bukti lainnya, yaitu kesenian Wayang Banjar. Datu Purbaya membawa kesenian Wayang Banjar dari Jawa Timur ke Banjarmasin pada masa Sultan Talillullah (1679-1700). Wayang Banjar menjadi media dakwah untuk menyebarkan Islam di Kotim, seperti kesenian Wayang Banjar, Mamanda dan Kirik yang masih lestari hingga sekarang.
Tantangan dan Perkembangan Islam
Dalam beberapa kasus, penyebaran Islam di Kalimantan Tengah, termasuk Kotim, memicu ketegangan, seperti saat Sultan Mustaim Billah (1656-1678) berperang melawan mertuanya karena meminta istrinya masuk Islam.
Dalam perjalanannya, secara bertahap Islam terus berkembang di Kotim, dibuktikan dengan banyaknya penduduk yang memeluk Islam dan tradisi seni budaya Islam yang masih lestari.
Editor: Kurnia Illahi