Ritual Tiwah Suku Dayak Ngaju, Antarkan Jiwa ke Kehidupan Selanjutnya
JAKARTA, iNews.id- Ritual Tiwah Suku Dayak Ngaju hingga saat ini masih dilestarikan di tanah Borneo. Tiwah bertujuan mengantarkan arwah ke jiwa selanjutnya.
Proses ritual Tiwah juga dianggap sebagai tradisi buang sial untuk keluarga yang berduka.
Bagi kepercayaan Kaharingan di Provinsi Kalimantan Tengah,jika pihak keluarga belum melakukan Tiwah, arwah atau liaw tetap berada di dunia dan tidak dapat menuju ke Lewu Tatau atau surga bersama Ranying (dewa paling tinggi dalam kepercayaan Kaharingan).
“Ritual Tiwah untuk mengantar jiwa seseorang ke tingkat kehidupan selanjutnya, dilaksanakan sangat sakral dimana setiap prosesi upacara ritual harus dilalui,” kata Parada Ketua Majelis Besar Hindu Kaharingan (MBHK) Kota Palangka Raya dikutip dari situs resmi Pemkot Palangkaraya.
Parada melanjutkan, utuk menggelar Ritual Tiwah dibutuhkan waktu dan proses yang panjang.
Pertama, ada upacara tantulak atau pihak keluarga yang berduka mengantarkan arwah ke Bukit Malian agar dapat bertemu dengan Ranying Hattala Langit (Tuhan umat Kaharingan).
Sebelum menginjak puncak ritual Tiwah, keluarga harus membuat Balai Nyahu (Sandung), menari Manganjan sambil berkeliling Sangkai Raya (tempat anjung dan persembahan untuk Ranying Hallata bersemayam).
Selain itu, keluarga juga harus membuat patung berbentuk manusia bernama Sapundu. Patung tersebut berfungsi untuk mengikat hewan-hewan yang bakal dikurbankan dalam ritual Tiwah.
Hewan-hewan yang dikurbankan antara lain babi, sapi ayam atau kerbau.
Editor: Komaruddin Bagja