Dia juga menjelaskan alasan dipilihnya kapal pinisi sebagai ikon di Kecamatan Kumai, untuk menumbuhkan semangat heroik dan untuk menunjukkan bahwa nenek moyang merupakan seorang pelaut yang tangguh.
"Masyarakat Kumai kebanyakan tinggal di daerah pesisir, sehingga sudah turun temurun masyarakat di sana bermatapencaharian sebagai nelayan tradisional," katanya.
Sementara anggaran pembangunan bundaran kapal pinisi, lanjut dia masih harus dipaparkan ke Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Kalimantan Tengah.
"Masih dipaparkan di Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah. Semoga bisa segera terealisasi pembangunannya di tahun ini karena untuk desain dan biaya anggaran telah siap," ucapnya.
Kecamatan Kumai merupakan daerah yang memiliki banyak tempat objek wisata. Selain Taman Nasional Tanjung Puting, di Kumai juga wisatawan bisa menikmati wisata bahari, seperti Pantai Kraya, Pantai Teluk Bogam, Pantai Tanjung Keluang dan Pantai Kubu.
Sebelumnya, di Kecamatan Kumai juga sudah di bangun bundaran Bahari (Bersih, aman, harmonis, alami, ramah, dan islami) yang biasa di sebut masyarakat bundaran monyet atau tugu orangutan di Desa Sungai Kapitan.
Editor : Kurnia Illahi
Artikel Terkait